SMInsights: Steel Weekly Report

SMInsights: Steel Weekly Report merupakan berita mingguan perkembangan industri baja yang berisikan informasi tentang harga, produksi, trade remedies, investasi serta tren penting lainnya.

Periode: 5–11 Juli 2025

1. Harga Baja Global Stabil, Tekanan Harga Terjadi di India

Harga baja global pada minggu kedua Juli 2025 tercatat relatif stabil di hampir seluruh kawasan perdagangan utama. Harga Hot Rolled Coil (HRC) di pasar Amerika Serikat, Eropa, dan China tidak menunjukkan perubahan signifikan dibandingkan minggu sebelumnya. Berdasarkan data dari London Metal Exchange (LME), harga HRC di Amerika Utara tercatat sebesar USD 865 per ton, dan telah bertahan pada level tersebut sejak akhir Juni. Di kawasan Eropa Barat Laut, harga HRC tercatat pada USD 621,5 per ton menurut data LME untuk kontrak NW Europe (Argus), mencerminkan kestabilan harga di pasar Eropa pada minggu ini. Sementara itu, harga HRC ekspor China tetap di kisaran USD 460 per ton FOB Rizhao (Argus), menandakan stagnasi harga ekspor dari pelabuhan utama China.

Kendati tren harga tampak seragam di berbagai kawasan, perlu dicatat bahwa level harga HRC di Eropa dan Amerika Serikat masih jauh lebih tinggi dibandingkan China. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh penerapan berbagai kebijakan trade remedies sebagai respons atas praktik perdagangan tidak adil yang terbukti dilakukan oleh sejumlah eksportir, terutama dari China.

Sebaliknya, tekanan harga masih terlihat di pasar baja India. Data dari BigMint per awal Juli mencatat bahwa harga Hot Rolled Coil (HRC) di kota-kota besar seperti Mumbai dan Faridabad berada pada kisaran INR 49.500–51.500 per ton, atau setara dengan USD 577–601 per ton, mengalami penurunan sekitar INR 400–600 dibandingkan minggu sebelumnya. Pelemahan ini mencerminkan kondisi permintaan yang masih lemah, terutama akibat musim monsun yang biasanya memperlambat aktivitas sektor konstruksi dan manufaktur. Selain itu, tekanan dari produk impor semakin mempersempit ruang kenaikan harga domestik. Harga baja tulangan (rebar) di India juga menunjukkan tren penurunan di beberapa wilayah. Menurut SteelMint, harga Ex-Works Mumbai turun ke INR 43.400 per ton, dan Ex-Works Raipur ke INR 39.300 per ton, masing-masing mengalami koreksi INR 100 dan INR 200 dari minggu sebelumnya. Dengan kurs INR 84/USD, kisaran ini setara dengan USD 468–517 per ton. Data ini memperkuat indikasi bahwa pasar domestik India tengah berada dalam fase konsolidasi dengan tekanan dari sisi permintaan.

Sementara itu, harga rebar domestik di China menunjukkan kecenderungan stagnan dengan sedikit tekanan akibat lemahnya permintaan dan masih tingginya produksi. Menurut data dari SunSirs (China Commodity Data Group) per 11 Juli 2025, harga rebar domestik China tercatat sebesar CNY 3.164,5 per ton atau setara dengan sekitar USD 435 per ton. Meskipun beberapa analis memperkirakan potensi kenaikan akibat pengurangan produksi di beberapa wilayah seperti Hebei, namun pasar tetap dibayangi oleh sentimen negatif karena permintaan sektor konstruksi yang belum pulih sepenuhnya serta tekanan stok yang tinggi . Situasi ini membuat harga rebar belum menunjukkan momentum penguatan yang berarti sepanjang awal Juli 2025..

Di Mesir, salah satu pasar baja terbesar di kawasan Timur Tengah, harga rebar domestik tetap stabil selama pekan pertama Juli 2025. Data dari AISU menunjukkan bahwa tiga produsen terbesar—Ezz Steel, Suez Steel, dan Egyptian Steel—mempertahankan harga masing-masing pada level EGP 38.200, EGP 38.100, dan EGP 38.100 per ton atau berkisar antara USD 770–772 per ton. Kestabilan harga ini mencerminkan masih kuatnya struktur pasar domestik Mesir, meskipun tekanan dari fluktuasi regional dan ketidakpastian geopolitik tetap menjadi perhatian..

Ringkasan Harga Baja per 11 Juli 2025

WilayahProdukHargaPerubahan MingguanKeterangan
Amerika SerikatHRCUSD 865/t (LME)↺ StabilKonsisten sejak akhir Juni
ChinaHRCUSD 460/t (LME, FOB Rizhao)↺ StabilEkspor stagnan
ChinaRebarUSD 435/t (domestik)↓ LemahTekanan pasokan & permintaan
Uni EropaHRCUSD 621,5/t (LME)↺ StabilMengikuti tren harga global
IndiaHRC~USD 577–601/t↓ MelemahPermintaan rendah, tekanan musiman
IndiaRebarUSD 468–517/t↓ MelemahPenurunan harga di kota-kota utama
Timur Tengah (Mesir)Rebar~USD 770–772/t ↺ StabilStabil di tengah gejolak geopolitik

2. Tarif Baja AS Meningkat Jadi 50%, Diperkuat Tarif Resiprokal

Pemerintah Amerika Serikat secara resmi menaikkan tarif impor baja menjadi 50% berdasarkan kebijakan Section 232, yang ditujukan untuk melindungi industri strategis dalam negeri. Kenaikan ini berlaku efektif sejak 4 Juni 2025, dengan dasar hukum dari Trade Expansion Act of 1962. Tarif ini berlaku luas terhadap seluruh produk baja dari mayoritas negara mitra dagang AS, dengan pengecualian: Kanada (35%) dan Inggris (25%), sementara Uni Eropa, China, India, dan Indonesia terkena tarif penuh 50%.

Sebagai langkah tambahan, AS juga menetapkan tarif resiprokal (Reciprocal Tariffs) berdasarkan perintah eksekutif bulan April 2025. Tarif ini, menurut pemerintah AS, merupakan tambahan yang dihitung berdasarkan tarif rata-rata yang dikenakan negara mitra terhadap produk AS. Namun demikian, sesuai dengan ketentuan kode tarif khusus HTS 9903.01.33, produk baja yang sudah terkena Section 232 tidak akan dikenai tarif resiprokal tambahan, untuk menghindari pengenaan ganda.

Negara / KawasanTarif Section 232Tarif ResiprokalTarif Efektif Final
China50%34%50%
India50%26%50%
Indonesia50%32%50%
Uni Eropa50%20%50%
Kanada35%0%35%
Inggris25%10%25%

Perlu dicatat bahwa tarif Section 232 dan tarif resiprokal ini sepenuhnya berada di luar kebijakan perdagangan tidak adil seperti: Anti-Dumping Duty (AD), Countervailing Duty (CVD) dan Safeguard Measures. Dengan demikian, jika suatu produk baja—misalnya dari Indonesia, China atau Vietnam—juga dikenai AD/CVD, maka tarif ini berlaku kumulatif dan bisa menambah beban total tarif hingga lebih dari 100%. Sebagai contoh, baja HRC dari China yang terkena AD 70% dan Section 232 sebesar 50% akan dikenai total tarif 120%. Namun, tidak dikenakan lagi tarif resiprokal, karena sudah masuk dalam cakupan HTS 9903.01.33.


3. Produksi dan Stok: Tanda-Tanda Perlambatan di Asia

Pasokan baja di China sempat menunjukkan sinyal kelebihan pasokan dengan output produksi harian tetap tinggi. Data dari SteelHome menunjukkan bahwa stok retail baja di China sempat naik di awal Juli namun turun kembali pada minggu ini. Sebaliknya, stok pabrik (mills) turun 2% week-on-week per 7 Juli. Pasar masih dibayangi tekanan permintaan dalam negeri dan kelebihan kapasitas regional China, terutama dari Hebei dan Tangshan.

India juga mencatat penurunan output produksi harian di akhir Juni, menurut berbagai laporan. Pemerintah India pun meluncurkan kampanye anti-penghindaran pajak di sektor scrap sebagai upaya pengawasan input produksi baja domestik. Di kawasan Timur Tengah, data dari AISU menunjukkan bahwa output rebar mingguan di Arab Saudi stabil namun permintaan konstruksi belum sepenuhnya pulih dari tekanan kuartal sebelumnya.


4. Proyek dan Investasi Baru

Beberapa perkembangan strategis terjadi selama sepekan terakhir. POSCO menjual pabrik stainless steel-nya di China sebagai bagian dari strategi restrukturisasi global. Di Eropa, Esteel mengumumkan bahwa proyek investasi green steel mereka berjalan sesuai rencana, dengan kegiatan konstruksi fisik sudah dimulai. Di sisi lain, perusahaan Tiongkok Sumitomo menginvestasikan modal ke produsen hidrogen di AS, memperkuat arah transisi energi baja masa depan.


5. Outlook Minggu Depan

  • Tekanan masih berlanjut di India dan pasar ASEAN akibat persaingan harga dari produk China.
  • Ekspektasi kenaikan harga HRC di pasar China tetap lemah, meskipun ada sedikit rebound stok domestik.
  • Proyek green steel akan menjadi sorotan karena meningkatnya investasi lintas wilayah.