SMInsights: Berita Baja Mingguan (16–22 Agustus 2025)

Pekan keempat Agustus 2025 ditandai oleh eskalasi proteksionisme dan pergeseran dinamika pasar yang lebih kompleks. Amerika Serikat resmi memberlakukan perluasan tarif 50 persen terhadap 407 kode produk turunan baja dan aluminium sejak 19 Agustus 2025, yang segera memengaruhi arus perdagangan global dan rantai pasok hilir. Tiongkok tetap agresif melepas HRC ekspor dengan harga rendah, didorong oleh fundamental domestik yang lesu, memunculkan tekanan kompetitif di Asia Tenggara dan Timur Tengah. Eropa mulai menunjukkan tanda stabilisasi harga setelah periode pelemahan berkepanjangan, didukung oleh nilai Euro yang melemah. India relatif stagnant di tengah libur nasional dan musim monsoon. ASEAN memperlihatkan indikasi pembentukan harga dasar impor HRC. Di sisi investasi, terdapat proyek hijau di Oman dan percepatan ekspansi kapasitas di India, sementara Eropa dan Amerika Serikat justru menghadapi penundaan bahkan pembatalan proyek baja rendah karbon akibat tingginya biaya energi dan kurangnya dukungan finansial.


I. Perkembangan Harga Baja

Tiongkok mencatat pelemahan pada HRC ekspor yang turun ke USD 472 per ton FOB dari USD 495 pekan lalu. Pelemahan ini mencerminkan lemahnya permintaan domestik, yang memaksa produsen untuk mengalihkan pasokan ke luar negeri. Namun, harga HRC mulai stabil di akhir pekan setelah pemerintah daerah di Tangshan mengumumkan rencana pembatasan produksi untuk mengurangi kelebihan pasokan. CRC ekspor naik ke USD 555 per ton FOB dari USD 538, sementara galvanis domestik bertahan di USD 580 per ton. Coil berwarna stabil di USD 630 per ton, pipa las domestik tetap di USD 520 per ton, dan rebar tidak berubah di USD 450 per ton. Harga scrap acuan internasional (HMS 80:20 CFR Turki) naik tipis ke USD 349 per ton dari USD 347.

Amerika Serikat/Amerika Utara mengalami tren pelemahan harga. HRC domestik turun ke USD 805/st atau sekitar USD 887/tm dari USD 904/tm, CRC turun ke USD 990/st atau sekitar USD 1.091/tm dari USD 1.102/tm, dan galvanis melemah ke sekitar USD 1.069/tm dari USD 1.200/tm. Penurunan harga ini terjadi meskipun ada tarif proteksi yang tinggi, yang menunjukkan adanya kelebihan pasokan domestik dan permintaan yang melemah dari sektor-sektor kunci seperti konstruksi dan manufaktur. Coil berwarna tetap di USD 1.350/tm, pipa di USD 1.100/tm, dan rebar di USD 920/tm. Scrap domestik AS justru menguat ke USD 419/tm dari USD 370/tm.

Uni Eropa memperlihatkan tanda stabilisasi harga setelah tren penurunan. HRC domestik naik ke USD 668/tm dari USD 610/tm, didukung oleh penguatan daya saing ekspor akibat melemahnya mata uang Euro. Namun, permintaan dari sektor otomotif dan konstruksi masih menunjukkan tanda-tanda kelemahan. CRC, galvanis, coil berwarna, pipa, rebar, dan scrap belum mencatat pembaruan berarti.

Turki relatif stabil. HRC ekspor berada di USD 555/t FOB, CRC di USD 660/tm, galvanis di USD 755/tm, coil berwarna di USD 850/tm, pipa di USD 725/tm, dan rebar ekspor tetap di kisaran USD 540–550/t FOB. Scrap CFR Turki sedikit menguat ke USD 349/t dari USD 347.

India stagnan. HRC domestik berada di USD 575/tm, CRC di USD 644/tm, galvanis di USD 698/tm, coil berwarna di USD 800/tm, pipa di USD 505/tm, rebar di USD 596/tm, dan scrap di USD 400/tm. Hampir seluruh harga tidak berubah dari pekan sebelumnya, seiring dengan pasar yang pasif.

ASEAN relatif stabil. HRC impor naik tipis ke USD 500/tm dari USD 495/tm, CRC bertahan di USD 538/tm, galvanis di USD 640/tm, coil berwarna di USD 820/tm, pipa di USD 648/tm, rebar di USD 620/tm, dan scrap stabil di USD 355/tm.

Ringkasan Harga Baja (USD/ton) – Periode 16–22 Agustus 2025

KawasanHRCCRCGalvanisCoil BerwarnaPipaRebarScrap
Tiongkok472 ↓555 ↑580 →630 →520 →450 →349 ↑
AS887 ↓1.091 ↓1.069 ↓1.350 n/a1.100 n/a920 n/a419 ↑
Uni Eropa668 ↑754 n/a894 n/a1.000 n/a935 n/a594 n/a300 n/a
Turki555 →660 n/a755 n/a850 n/a725 n/a540–550 →349 ↑
India575 →644 →698 →800 →505 n/a596 n/a400 →
ASEAN500 ↑538 →640 →820 →648 →620 →355 →

Catatan:
↑ / ↓ = perubahan naik/turun dari pekan 9–15 Agustus 2025
→ = harga pekan ini terverifikasi stabil (≤ ±0,5%)
n/a = tidak ada pembaruan data pekan ini; angka diambil dari pekan lalu


II. Perkembangan Perdagangan Baja Global

Tiongkok tetap menjadi faktor utama dalam perdagangan internasional, dengan volume ekspor HRC dan billet yang tinggi, terutama ke Asia Tenggara dan Timur Tengah. Harga ekspor yang rendah menekan daya saing produsen lokal di kawasan tujuan, tetapi volume ekspor diperkirakan akan sedikit menurun dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan rencana pembatasan produksi oleh pemerintah.

Amerika Serikat/Amerika Utara memasuki fase baru setelah tarif 50 persen resmi berlaku. Dampak langsung terlihat pada penurunan tajam data lisensi impor. Kebijakan ini tidak hanya menargetkan produk baja primer, tetapi juga produk hilir seperti turbin angin, crane, railcar, dan komponen otomotif, yang berpotensi memicu biaya tambahan dan risiko rantai pasok bagi industri hilir AS.

Uni Eropa mulai kembali aktif setelah libur musim panas. Importir masih menahan kontrak baru menjelang penerapan penuh CBAM pada Oktober. Namun, pasar lokal menunjukkan tanda-tanda stabilisasi harga, didukung oleh nilai Euro yang lebih lemah.

Turki terus memanfaatkan pasokan billet dan slab murah dari Rusia dan Tiongkok. Permintaan ekspor produk jadi ke Timur Tengah dan Afrika relatif stabil, membantu pabrik domestik menjaga utilisasi.

India tetap pasif karena musim monsoon dan libur nasional. Namun, importir HRC mulai mencari pasokan alternatif setelah kebijakan anti-dumping terhadap HRC asal Vietnam mulai menekan volume impor.

ASEAN menjadi salah satu tujuan utama bagi eksportir Tiongkok, yang menciptakan tekanan kompetitif pada produsen lokal.


III. Kebijakan dan Trade Remedies

Amerika Serikat
Pada 19 Agustus 2025, tarif 50 persen terhadap 407 kode produk turunan baja dan aluminium resmi berlaku. Kebijakan berbasis Section 232 dan IEEPA ini mencakup produk seperti turbin angin, crane, railcar, dan komponen otomotif. Kebijakan ini diperkirakan akan memicu trade diversion ke pasar-pasar lain dan berdampak langsung pada industri yang sangat bergantung pada komponen baja dan aluminium impor.

India
DGTR merekomendasikan safeguard selama tiga tahun pada sejumlah produk baja, termasuk HRC dan CRC. Keputusan ini didasarkan pada temuan bahwa terjadi peningkatan impor yang tiba-tiba, tajam, dan signifikan yang disebabkan oleh trade diversion dari negara-negara yang terkena tarif AS. Keputusan pemerintah diperkirakan keluar pada September.

Australia
Komisi Anti-Dumping menunda lagi penerbitan Statement of Essential Facts (SEF) untuk tinjauan bea anti-dumping rebar asal Tiongkok, termasuk produk dari Baowu Group. Keputusan final ditargetkan pada Februari 2026.

Ringkasan Kebijakan dan Trade Remedies (16–22 Agustus 2025)

NegaraBerlaku EfektifKebijakan Baru/RemediesCakupan
AS19 Agustus 2025Perluasan tarif 50% (S.232) ke 407 produk derivatifProduk turunan baja/aluminium
IndiaRekomendasi 16–18 Agustus 2025Safeguard 3 tahun (usulan)HRC, CRC, produk terkait
Australia18 Agustus 2025 (notifikasi)Penundaan SEF review AD rebar TiongkokRebar asal Tiongkok

IV. Investasi Peningkatan Kapasitas & Green Steel

India mencatat perkembangan penting dalam ekspansi kapasitas. Jindal Steel menyiapkan peningkatan output di Angul yang akan menggandakan kapasitasnya dari 9,6 menjadi 19,2 juta ton per tahun pada September 2025, melalui teknologi Blast Furnace (BF) dan Basic Oxygen Furnace (BOF). Sementara itu, AM/NS India menargetkan tambahan kapasitas sebesar 6 juta ton per tahun di Hazira, sehingga total kapasitasnya menjadi 15 juta ton per tahun, yang dijadwalkan selesai Desember 2025, dengan rencana ekspansi jangka panjang hingga 24 juta ton.

Oman melalui Meranti Green Steel mengumumkan rencana investasi fasilitas DRI/HBI berbasis gas alam dan hidrogen hijau di Duqm. Proyek ini menargetkan FID pertengahan 2026 dan COD pertengahan 2029, dengan strategi unik menggunakan campuran gas alam dan hidrogen untuk secara bertahap mengurangi intensitas emisi.

Berbeda dengan negara berkembang, Eropa dan Amerika Serikat menghadapi tantangan besar dalam investasi hijau. Sejumlah proyek terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan karena tingginya biaya energi (terutama harga hidrogen dan listrik), kurangnya dukungan finansial dari pemerintah, dan ketidakpastian pasar yang disebabkan oleh kompetisi impor. Contohnya adalah pembatalan proyek baja hijau di Jerman oleh ArcelorMittal.

Tabel 1. Investasi Penambahan Kapasitas (Update 16–22 Agustus 2025)

Negara/WilayahPerusahaan/ProyekKapasitas (juta ton/tahun)Status/UpdateTarget Operasi
IndiaJindal Steel – Angul+9,6Commissioning akhirSeptember 2025
IndiaAM/NS India – Hazira+6,0Ekspansi on-trackDesember 2025

Tabel 2. Investasi Green Steel/Dekarbonisasi (Update 16–22 Agustus 2025)

Negara/WilayahPerusahaan/ProyekTeknologiStatus/UpdateAlasan
OmanMeranti Green Steel – DuqmNG/Green H₂ DRI-HBIFID 2026; COD 2029Investasi baru
Eropa/ASBerbagai ProyekH₂-DRI, EAFDitunda/DibatalkanBiaya energi & kurang dukungan

V. Isu Strategis yang Perlu Dicermati

Perluasan tarif 50 persen Amerika Serikat menjadi isu sentral pekan ini. Kebijakan ini diperkirakan akan membatasi impor komponen berbahan baja dan aluminium, sekaligus menimbulkan biaya tambahan pada rantai pasok sektor otomotif, energi, dan konstruksi. Hal ini juga berpotensi memicu efek domino berupa trade diversion dan kebijakan proteksi serupa di negara lain.

Dari sisi harga, HRC ekspor Tiongkok yang berada di kisaran USD 470–480/t FOB menciptakan tekanan kompetitif bagi produsen Asia Tenggara. Uni Eropa berupaya mempertahankan harga dengan indeks HRC di sekitar EUR 574/t ex-works (USD 668/tm), menunjukkan usaha produsen membangun dasar harga menjelang kuartal keempat di tengah tantangan permintaan.

Di sisi investasi, kontras mencolok antara negara berkembang dan negara maju menjadi isu strategis. India dan Oman terus mempercepat ekspansi kapasitas dan memulai proyek baja hijau, didukung oleh ketersediaan bahan baku dan dukungan pemerintah. Sebaliknya, Eropa dan AS justru terhambat oleh faktor-faktor ekonomi dan regulasi. Kombinasi antara proteksionisme, tekanan ekspor Tiongkok, serta dinamika proyek green steel mempertegas bahwa arah pasar baja global saat ini ditentukan bukan hanya oleh keseimbangan pasokan-permintaan, melainkan juga oleh intervensi kebijakan dan daya serap pasar terhadap investasi baru.